Koleksi satwa Ankole-Watusi atau dikenal sebagai Banteng Afrika di Kebun Binatang Surabaya (KBS) bertambah sesudah sepasang satwa itu melahirkan bayi betina dengan berat badan sekitar 25 kilogram.
Irmanu Ommy Dokter Hewan KBS mengatakan bayi watusi yang lahir pada Kamis (03/03/2016) berbobot di atas normal, 25 kilogram. Padahal, bayi watusi normal, hanya berkisar 13-23 kilogram.
“Namun, bayi watusi itu masih tampak lemah dan belum bisa berdiri tegak dengan empat kakinya. Sang induk tampak sangat protektif melindungi bayinya,” katanya.
Ommy mengatakan waktu baru lahir, bayi watusi mencoba berdiri tapi karena tanahnya berlumpur sehingga terjatuh dan kakinya terkilir. “Sampai sekarang belum bisa berdiri, makanya kami memberi balutan untuk menguatkan tendon kakinya,” katanya.
Menurut dia, balutan ini akan dilepas dua hari ke depan sampai bayi watusi bisa berdiri. Selain itu, lantaran belum bisa berdiri, bayi yang dilahirkan lewat persalinan normal itu juga masih belum bisa minum susu dari sang induk.
Untuk itu, kata dia, pihak KBS harus memberikan air susu formula untuk memberikan asupan pada bayi watusi itu. Susu yang diberikan sebanyak 140 cc setiap dua jam sekali.
Terkait berat badan yang cukup besar, Ommy menyebutkan hal ini terjadi karena selama ini watusi diberi asupan makanan yang sangat baik. “Makanannya sangat bagus. Rumput yang diberikan kualitas super. Begitu juga dengan wortelnya bagus. Mungkin itu juga yang jadi pengaruh kenapa berat badan bayinya besar sekali,” ujarnya.
Sementara Singky Soewadji Pemerhati Satwa mengatakan, kelahiran di KBS itu merupakan hal biasa. “Bukan prestasi itu, kalau satwa di KBS lahir dan mati itu biasa, asal kematian yang terjadi tidak dalam jumlah banyak dan beruntun,” ujar Singky.
Dikatakan Singky, kelahiran satwa di KBS, justru akan membebani KBS dalam memberikan makan.
Singky mencontohkan, di KBS sekarang ini ada 5 harimau jantan, tapi semua tidak dikeluarkan atau ditampilkan ke pengunjung. “Kalau dalam sehari satu harimau makan 5 kilogram daging, maka jumlah pengeluaran KBS akan bertambah setiap harinya,” ungkapnya.
Pemerhati satwa di Surabaya ini mengatakan, pengelolaan KBS yang diserahkan ke Pemkot Surabaya, dipastikan tidak akan berhasil, kalau direksinya tidak berpikir kreatif dan inovatif untuk kemajuan KBS.
“Dari dulu saya tidak setuju kalau KBS dikelola Pemkot Surabaya, karena di Indonesia tidak ada satupun lembaga konservasi yang berhasil kalau dikelola pemerintah,” tegas Singky. [HIM]